Indonesia merupakan penanam kopi robusta terbesar ketiga dunia. Hal ini pun diperkirakan naik dalam 3 tahun dan berpotensi bertumbuh 12%. Harga kontrak robusta penyerahan Mei sedikit berubah pada US$2.020 per ton di bursa NYSE Liffe pada 2 Maret. Harga untuk kontrak paling aktif tersebut melaju 12% tahun ini.
Survei Bloomberg terhadap tujuh eksportir, dua pedagang dan satu penyangrai menunjukkan produksi kopi tersebut bisa naik 20% menjadi 10 juta karung tahun ini dari 8,3 juta tahun sebelumnya. Satu karung kopi setara dengan 60 kilogram. Berdasarkan data pemerintah Amerika Serikat (AS), jumlah itu merupakan yang terbesar sejak 2009 dan melampaui diprediksi Volcafe, unit dari Man ED & F Holdings Ltd yang menilai panen hanya akan mencapai 9,1 juta karung. Kopi robusta yang kebanyakan tumbuh di Lampung, Bengkulu dan Sumatra Selatan, mewakili 75% produksi Indonesia. Panen ini berlangsung dari April sampai Juli, dengan hasil yang lebih kecil pada September.
Menurut Direktur INTL FCStone Inc untuk komoditas lunak global Oscar L. Schaps, harga kopi dapat turun sampai US$1.700 per ton dari posisi saat ini US$2.020. “Ketatnya pasar robusta akan bertahan selama paling sedikit 1 bulan lagi. Kenaikan harga terakhir akan menarik lebih banyak ekspor dari Vietnam.
Harga kopi robusta berjangka melonjak ke level tertinggi 5 bulan pada Februari sejalan dengan upaya petani Vietnam, pemasok terbesar, kembali menimbun stok. Panen kopi di Indonesia yang dimulaI pada April dapat kembali mengisi pasokan global.
Menurut Volcafe, Vietnam jadi pemasok tunggal robusta beberapa bulan terakhir, hingga India, Uganda, Indonesia, Pantai Gading dan Brasil mengapalkan produksinya pada April dan Mei.
Di sisi lain, Macquarie Group Ltd mengatakan pasok robusta global akan melebihi permintaan sebesar 2,5 juta karung musim ini, dibandingkan dengan deficit 700.000 karung tahun lalu.