Gubernur BI Sebut Redenominasi Bisa Buat Indonsia Lebih Maju

Pemerintah Republik Indonesia diwacanakan ingin segera merealisasikan rencana pengurangan digit pada Rupiah atau Redenominasi Rupiah. Salah satu tujuan dari redemonasi rupiah ini pun adalah untuk menguatkan dan membuat Indonesia segera sejajar dengan negara lainnya.

Gubernur Bank Indonesia(BI), Agus Martowardojo, menjelaskan bahwa redenominasi rupiah akan membuat Indonesia sejajar dengan mata uang negara lain. Hal ini pun disampaikan oleh Agus usai pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo(Jokowi) di Istana Negara Selasa(25 Juli 2017) ini.

Agus menilai, persepsi serta perekonomian terhadap Indonesia akan dipandang dan sejajar dengan negara lainnya. Persepsi dicontohkan oleh Agus misalnya nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, misalkan 1 USD sama dengan 13,300 Rupiah. Dengan redenominasi, maka 1 USD akan misalnya sama dengan 13,000 maka akan senilai 13 rupiah saja.

Lebih lanjut, Agus menilai persepsi dengan banyaknya digit di rupiah membuat asumsi bahwa ekspektasi inflasi rupiah sangat tinggi. Padalah, lanjut Agus, inflasi di Indonesia sendiri sangat terkendali. Dengan redenominasi ini pula, ada kebanggaan dari masyarakat Indonesia yang melihat nilai dari rupiah yang lebih baik.

Dari segi teknologi sendiri, Agus menilai bahwa dengan banyaknya digit dalam rupiah membuat informasi keuangan itu sendiri menjadi tidak efisien.

Wacana untuk pengurangan digit dalam rupiah sendiri bukan merupakan sesuatu yang baru. Setidaknya pada tahun 2011 silam, wacana ini sudah bergulir dan hingga saat ini belum terealisasi. Tampaknya untuk beberapa tahun ke depan, Bank Indonesia dan pemerintah lebih fokus untuk segera mewujudkan wacana yang sudah beberapa tahun belakangan berkembang.

Ancaman Inflasi Kerek Emas

Ancaman Inflasi Kerek EmasHarga emas masih dalam tren bullish pekan ini dan berpotensi ke level US$1.800 per troy ounce seiring dengan kecemasan potensi inflasi akibat tingginya harga minyak dan guyuran dana segar beberapa bank sentral dunia.

Suluh Wicaksono, Kepala Riset Askap Futures berujar,”Hasil survey emas Kitco  mayoritas memprediksi emas akan naik”, merujuk pada perusahaan jual beli logam mulia asal Kanada. Sebanyak 79% dari 24 responden menyatakan harga naik, 13% bilang turun  dan 8% mengatakan tetap. Fundamen positif, diharapkan mendongkrak harga emas minggu ini, seperti ketegangan Iran dengan Barat yang berpotensi mengganggu pasokan minyak dari Timur Tengah. Namun tetap ada kerikil kecil yang patu diperhatikan yaitu membaiknya data ekonomi AS. Jika level US$1.800 tersentuh, emas akan menguji level resisten, investor cenderung melakukan aksi jual, pada US$1.815 per troy ounce. Adapun level support  atau harga cenderung naik saat mendekati US$1.730 per troy ounce. Sementara itu, kepemilikan emas dalam produk yang diperdagangkan di bursa yang didukung oleh logam naik ke rekor seiring kekhawatiran bahwa stimulus keuangan pemerintah akan memacu inflasi.

Data Bloomberg menunjukkan kepemilikan naik 0,2%  menjadi 2.396,9 ton  pada akhir pekan lalu. Level tertinggi sepanjang masa sebelumnya adalah 2.392,98 ton yang dicapai pada 13 Desember. Emas berjangka naik ke level tertinggi 3 bulan pada US$1.789,50 per troy ounce. Lonjakan biaya energi dan pangan mendorong kekhawatiran bahwa inflasi akan lebih cepat. Harga minyak mentah mendekati US$110 per barel di New York ditengah meningkatnya ketegangan global dengan Iran. Harga pangan di AS juga naik seperti daging sapi eceran yang mencapai rekor pada Januari.

Di sisi lain, Bank Sentral Eropa kemungkinan membagikan 470 miliar euro (US$629) dalam 3 tahun kepada bank di tengah ancaman gagal bayar negara di kawasan itu. Di AS,  Federal Reserve kemungkinan melakukan pembelian obligasi tambahan untuk memacu perekonomian.

John Paulson, manajer hedge fund yang sedang memulihkan diri dari rekor kerugian pada 2011, mengatakan kepada investor bahwa lembaga investasi Gold Fund miliknya akan jadi andalan, mengungguli pengggunaan strategi lain selama 5 tahun, yang dananya sendiri sebesar 55% berada pada Gold Fund yang memiliki aset US$1,2 miliar. Emas sebagai lindung nilai terhadap mata uang euro, seiring dengan kemungkinan perpecahan dan akhirnya peningkatan inflasi.  Dana lembaga itu, yang digunakan untuk membeli emas derivative dan jenis lainnya yang berhubungan dengan sekuritas, menurun 11% tahun lalu setelah harga logam mulia merosot 14% dalam empat bulan terakhir.

Menurut sumber Bloomberg yang menolak disebut namanya, pada pertemuan dalam Club Metropolitan di New York Jumat lalu miliader tersebut mengatakan logam adalah lindung nilai mata uang seiring upaya negara menyuntikkan uang ke ekonomi mereka.